Selasa, 20 Januari 2015

UPACARA “MANGONGKAL HOLI” ADAT SUKU BATAK MENURUT PANDANGAN BUDDHIS


Apakah yang dimaksud dengan             Mangongkal Holi sebenarnya?
Dalam bahasa Indonesia “Mangongkal” dapat di artinya sebagai menggali sedangkan “Holi” artinya adalah tulang. Maka Mongongkal Holi dapat disebut “menggali tulang”. Suku Batak merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia dan memiliki watak yang keras. Suku Batak juga terkenal sangat menghormati nenek moyang atau menjunjung tinggi adat dari para leluhur serta menjaganya sehingga tetap mempertahankan kebiasaan turun-temurun nenek moyangnya yang sering kali melanggar ajaran agama. Namun sekarang mereka telah menyesuaikan adat dan ajaran agama. Pada zaman dulu suku Batak mempercayai Mulajadi Nabolon sebagai tuhan mereka.
Mayoritas suku Batak beragama Kristen yang berasal dari Sumatera, khususnya Sumatera Utara yang beribukotakan Medan. Batak juga terkenal dengan Danau Toba yang terletak di daerah Samosir asal mula suku Batak. Di daerah Samosir upacara adat Batak masih sangat ketat dijalankan upacara Mangongkal Holi walau sudah sedikit terkikis akibat pengaruh dari wisatawan mancanegara yang datang ke Danau Toba Samosir untuk berwisata.
ASAL USUL UPACARA
Menurut HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) yakni sebagai gereja perteduhan suku Batak tradisi “Mangongkal Holi” dulunya berasal dari kultur Batak pra-Kristen yang menganggap bahwa upacara tersebut perlu dilaksanakan sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada orang tua atau leluhur yakni dengan meninggikan posisi tulang belulang diatas tanah khusunya di bukit yang tinggi dan batu yang keras dengan tujuan ditempat seperti itu akan dapat terlindungi. Semakin tinggi tulang itu diletakkan maka semakin tinggi pula derajat dan penghormatannya yang mereka yakini.
Tujuan Dari Upacara Mangongkal Holi
Tujuan dari upacara “Mangongkal Holi” itu sendiri ialah untuk memindahkan tulang-tulang orang atau leluhur yang telah cukup lama meninggal dari kubur lama yang menuju ke kubur yang lebih bagus, lebih cantik dan lebih besar. Mereka memindahkan kuburan tersebut ketempat yang lebih bagus.
Terkadang bukan sekadar untuk memindah ke kubur yang lebih bagus melainkan dengan tujuan membuat “Tugu Marga”. Seperti yang diketahui bahwa pada suku Batak terdapat marga-marga atau bisa disebut dengan “nama keluarga”. Dimana bila memiliki nama keluarga yang sama atau sepadan maka tidak dapat dinikahi karena akan dianggap saudara kandung atau “ito”. Misalnya: nainggolan, zega, damanik, sitanggang dan lain-lain. Tugu tersebut dipersiapkan untuk kubur seluruh anggota keluarga dari marga yang mengadakan upacara “mangongkal holi” tersebut.
Manfaat Upacara Mangongkal Holi
Adapun manfaat dari upacara ini yang mereka yakini diantaranya sebagai berikut:
1.      Upacara ini biasanya dilakukan oleh anak-anak yang telah berhasil dan ingin memindah kubur orang tuanya.m Dengan upacara ini dapat diketahui bahwa sang anak dari orang tua tersebut telah berhasil, maka setiap anak dari suku Batak selalu berusaha mencapai kesuksesan supaya dapat mengadakan upacara ini dan membuat tugu marga sebagai tanda bahwa ia telah berhasil dan menganggap sudah dapat membahagiakan orang tuanya.
2.      Upacara ini bertujuan untuk membuat “tugu marga” dimana orang-orang akan mengenal turunan-turunan dari yang telah meninggal tersebut dan jika kelak ada yang meninggal maka akan dikubur disana juga beserta dengan keluarga yang lainnya yang memiliki warga yang sama.
3.      Upacara ini juga dapat berfungsi sebagai sarana hiburan terlebih bagi wisatawan karena memang letak tempatnya di daerah pariwisata.
4.      Atraksi budaya yang menarik karena melibatkan seluruh masyarakat setempat.
Peralatan Dan Simbol
Adapun peralatan yang digunakan yakni cangkul untuk menggali kubur. Air sebagai tempat mencuci tulang dan mencuci muka menggunakan air tersebut sebagai tanda kita menghormati orang yang telah meninggal. Kepala kerbau sebagai lambang yang terhorma, peti yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan tulang belulang yang sudah dicucinya.
Tata Upacara / Ritual Mangongkal Holi
1.      Sebelum penggalian dimulai, pertama-tama Hula-hula dari oppung memberikan demban (sirih) dengan ucapan semoga penggalian berjalan lancar dan tulang belulangnya cepat ditemukan karena sering kali tidak ketemu.
2.      Setelah itu, hula-hula (keluarga laki-laki dari pihak istri) melakukan pencangkulan pertama, diikuti oleh keturunan yang bersangkutan dimulai dari keturunan laki-laki dan selanjutnya perempuan. Hanya sebagai simbol dan kemudian penggalian pun dimulai.
3.      Pada saat penggalian, keluarga yang bersangkutan akan melemparkan uang kedalam makam. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa mereka hadir pada acara itu, dan juga doa agar tulang belulang yang bersangkutan cepat ditemukan. Juga sebagai bonus bagi para penggali.
4.      Pada saat tulang belulang ditemukan, keluarga akan mangandung (menangis) seakan-akan menangisi keluarga pada saat mereka baru saja meninggal.
5.      Pencarian terus dilakukan sampai bagian yang paling penting ditemukan apabila masih kurang lengkap.
6.      Setelah itu tulang belulang tersebut akan dibawa kerumah dan dibersihkan dengan air dan dimandikan dengan kunyit dan air jeruk purut. yg membawa tulang belulang ini, adalah keturunan perempuan yang bersangkutan.
7.      Dijemur sebentar setelah diberi kunyit dan jeruk purut sebelum dimasukkan dalam peti.
8.      Sementara itu setelah penggalian, seluruh keluarga dan hula hula serta penatua kampung diajak masuk kerumah untuk makan bersama.
Setelah tulang belulang agak kering, kemudian dimasukkan kedalam peti mini, dan diletakkan ditengah rumah. Dan satu persatu keturunannya akan mengucapkan doa. Doa ini berisi permintaan kepada leluhur. Keesokan harinya adalah hari pesta. Parhobas (pekerja) sudah mulai sibuk sejak subuh. Parhobas biasanya adalah warga kampung setempat dan boru (keturunan perempuan yang digali maupun dari yang menyelenggarakan pesta). Yang menyelenggarakan pesta disebut bona suhut. Sifat gotong royong bangsa kita yang masih kental terasa disini yaitu:
1.      Terdapat dua acara pesta sebenarnya tetapi untuk yang pertama (galang raja) dengan memotong kerbau (horbo baratan) dimaksudkan untuk meminta ijin dari penetua setempat dan kerbau pada saat ini adalah untuk jambar (bagian) dari keluarga hula-hula pada saat pesta ini dan juga untuk makan.
2.      Kemudian undangan mulai berdatangan satu persatu. hula-hula biasanya membawa nasi beserta ikan mas dan juga beras.
Jika undangan itu adalah dari pihak hula-hula, biasanya mereka tidak langsung duduk dibawah tenda, tetapi mereka berkumpul dulu sehingga rombongan mereka lengkap. Setelah itu, gondang akan dibunyikan untuk menyambut mereka yang disebut manomu-nomu (mempersilahkan) oleh pihak boru dari bona suhut.
Hula-hula adalah tutur yang dihormati dalam kekerabatan Batak. Karena itu mereka dianggap bisa memberikan pasu-pasu (berkat). Oleh karena itu pada saat manortor posisi tangan mereka adalah posisi memberikan berkat. Terbuka menghadap kebawah, sementara boru adalah pekerja. Sehingga jika bertemu dengan hula-hula mereka akan bersembah. Itu sebabnya dalam manortor posisi tangan mereka diletakkan didahi seperti menyembah.
Semuanya tergantung tata cara kampung setempat, disini setelah acara dimulai, maka tulang belulang akan diantarkan ke simin terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan acara lainnya. Hula-hula akan naik keatas dan memberikan kata sambutan. Sementara bona suhut dan boru berada dibawah. Pada saat itu hula-hula biasanya akan meminta tanda terimakasih dari keluarga bona suhut dan setelah itu akan memberikan berkat semoga segala yang dilakukan berjalan lancar dan banyak keturunan.
Pandangan Dalam Agama Buddha Tentang Upacara Mangongkal Holi Adat Batak
Dalam pandangan Budhis upacara ini dapat dikatakan pelimpahan jasa untuk para leluhur atau saudaranya yang telah meninggal dunia. Dengan cara ini seperti itu mereka melimpahkan jasa-jasa kepada sanak saudara dan para leluhur-leluhurnya. Didalam pandangan Buddhis terdapat ditemukan di dalam kitap Tirokudda Sutta berarti sutta diluar dinding menceritakan tentang adanya sekelompok pemuda yang berdana kepada 500 bhikkhu untuk berdana. Dan raja pun memberikan dana kepada 500 bhikkhu tersebut. Suatau hari raja pergi keluar dan menyuruh saudaraya untuk berdana dan pada saat itu anaknya meminta makanan yang hendak diberikan kepada bhikkhu tetapai sang ibu tidak memberikannya tetapi anak tersebut menangis hingga akhirnya anak tersebut dikasihlah makanan tersebut, lama kelamaan menjadi kebiasaan dan makanan yang hendak untuk didanakan kepada bara bhikkhu tidak diberikannya melainkan untuk makan mereka sendiri. Singkat cerita mereka, meninggal dan terlahir dialam sengsara yang menjadi setan kelaparan. Dikurum waktu yang sangat lama. Pada suatu ketika ada sanak saudaranya yang sedang berdana tetapi mereka lupa tidak melakukan pelimpahan jasa kepada paraleluhurnya yang telah meninggal. Suatu ketika mereka mengingatkan saudaranya untuk melakukan pelimpahan jasa untuk menolong mereka dari kehidupan yang menderita. Yaitu dengan melakukan perbuatan bajik serta selalu berdana dan melimpahkanya kepada para leluhurnya. Karma baik yang mereka lakukan akan menolongnya dari kelahiran yang menyedihkan. Setelah sanak keluarganya melakukan pelimpahan jasa maka mereka dapat terlahir di alam yang berbahagia.
Dapat kita simpulkan bahwa upacara Manggongkal Holi dalam pandangan agama Buddha merupakan ungkapan penghormatan kepada sanak saudara dan mendoakan keluarganya yang telah meninggal. Pelimpahan jasa atau yang sering disebut dengan Pattidana. Pattidana dapat dilakukan dengan banyak cara contohnya dengan melakukan upacara Mangongkal Holi. Mereka melakukan upacara ini guna untuk menghormati dan melimpahkan jasa kepada sanak saudara yang telah meninggal. Mereka melakukan upacara ini bukan untuk menyembah-nyembah para leluhurnya akan tetapi menghormati atau berpattidana. Dalam agama Buddha meyakini adaya hukum Karma sebab apa yang kita lakukan pada saat ini yakni melakukan pelipahan jasa atau Pattidana  maka akan menolong sanak saudara terlahir dialam yang menderita. Dengan ini perbuatan-perbuatan yang dilimpahkan kepada semua makhluk akan membawakan kehidupan yang bahagia.

Segala perbuatan yang dilakukan maka akan membawakan hasil,apa bila melakukan perbuatan yang baik maka hasilnya pun baik. Apabila melakukan perbuatan yang buruk maka hasil yang diterimanya pun akan buruk pula. Timbunlah kebajikan sebanyak mungkin untuk menolong semua makhluk maka akan terlahir dialam yang bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar